Selama masa pengabdiannya, setiap guru pasti memiliki pengalaman tentang keberhasilannya dalam mengatasi suatu permasalahan. Permasalahan tersebut dapat terkait dengan aktivitas pembelajaran sehari-hari, perilaku dan hasil belajar siswa, manajemen sekolah, maupun tugas-tugas tertentu sesuai dengan perannya di sekolah. Guru dapat mengolah pengalamannya tersebut menjadi bahan membuat best practice (disebut juga “praktik baik”).
Hal tersebut adalah salah satu topik bahasan dalam acara workshop Penulisan Best Practice yang diselenggarakan oleh SMPIT Masjid Syuhada, Selasa, (20/12/2022). Acara tersebut dibersamai oleh Tim Dosen Berkegiatan di Luar Kampus Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Matematika dan IPA (FMIPA) Universitas Negeri Yogyakarta sebagai narasumber utamanya.
Pada dasarnya, best practice merupakan laporan tentang pengalaman terbaik dalam keberhasilan pelaksanaan tugas yang berkaitan dengan tupoksi. Seorang guru dapat membuat best practice sesuai dengan jabatan, peran, atau tugas yang dilaksanakan di sekolah, misalnya sebagai kepala/wakil kepala sekolah, kepala perpustakaan, wali kelas, kepala laboratorium, pembimbing, dan sebagainya.
Best practice bukanlah pembelajaran biasa dengan hasil yang luar biasa, melainkan lebih ke cara untuk mengembangkan inovasi dengan hasil belajar luar biasa secara berkelanjutan. Karena itu, dalam penyusunannya, best practice harus memuat ide-ide inovatif dan cara-cara baru dalam mengatasi masalah pendidikan, khususnya dalam konteks pembelajaran.
Ide-ide inovatif yang menjadi topik best practice dapat berupa implementasi pengetahuan, metode, objek, atau teknologi tertentu dalam rangka menyelesaikan sebuah permasalahan pembelajaran. Keberhasilan dalam mengimplementasikan ide-ide inovatif itulah yang akan menjadi output sekaligus fokus bahasan sebuah best practice.
Selain itu, guru hendaknya memahami bahwa best practice berbeda dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) meski memiliki kemiripan. Best practice tidak memuat siklus “perencanaan-tindakan-refleksi” seperti halnya PTK. Selain itu, kajian teori dalam best practice hanya sesuai bahasan saja (singkat dan simpel) sekitar 11-15 halaman.
Dalam workshop penulisan best practice ini, para ustadz/ustadzah SMPIT Masjid Syuhada juga mendapat materi tentang publikasi karya tulis ke jurnal digital. Selain itu, pemateri juga mengulas pentingnya aktivitas menulis bagi para guru sebagai sarana aktualisasi diri, komunikasi, dan pengembangan diri sebagai seorang pendidik.
Best practice hanya salah satu contoh karya tulis yang dibuat guru untuk mendorong proses inovasi di satuan pendidikan. Dari best practice yang telah dibuat, akan diperoleh ide-ide dan solusi inovatif dari berbagai permasalahan di lingkup pembelajaran dan pendidikan pada umumnya.[]