Inna Ma’al ‘Usri Yusran; Bersama Kesulitan ada Kemudahan

  • Tuesday, 12 May 2020
  • 18,978 views
Inna Ma’al ‘Usri Yusran; Bersama Kesulitan ada Kemudahan

Dalam Al-Qur’an, kata al-’usru diulang sebanyak 4 kali, sedangkan bentukan kata al-’usru ini disebut sebanyak 12 kali. Kata al-’usru digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang amat keras, sulit atau berat. Dalam bahasa Arab, unta liar dinamakan ‘asir, untuk menunjukkan betapa unta tersebut sulit dikendalikan.

Adapun kata yusrun dalam Al-Qur’an diulang sebanyak 6 kali, 3 diantaranya bergandengan dengan kata ‘usrun, sedangkan bentukan kata yusrun disebut sebanyak 44 kali. Kata yusrun menggambarkan sesuatu yang mudah, lapang, berat kadarnya, atau banyak.

Dari sini kita bisa melihat beberapa kata Bahasa Arab dengan bentukan kata yusrun terkadang memiliki makna yang seperti bertolak belakang. Misalkan, perjudian yang merupakan cara mudah untuk mendapatkan harta disebut oleh Alquran dengan istilah maisir. Dengan kata lain, yusrun adalah kebalikan kata ‘usrun.

Dalam Surat Al-Insyirah ayat 5 dan 6, Allah SWT menyebut kata al-’usru secara definitif, yakni menggunakan alif-laam. Ini menunjukkan bahwa “kesulitan” yang dimaksud pada dua ayat ini adalah kesulitan yang sama.

Sementara Allah SWT menyebut kata yusrun dalam bentuk indefinitif, yakni tanpa menggunakan alif-laam. Maknanya adalah bahwa “kemudahan” yang dimaksud pada dua ayat tersebut tidaklah sama. Dengan begitu, ada dua kemudahan bersama satu kesulitan.

Dalam sebuah hadist riwayat Imam Malik disebutkan bahwa Abu ‘Ubaidah ibn Al-Jarrah, seorang sahabat yang memimpin pasukan Muslim menghadapi Romawi pada masa pemerintahan Umar ibn Al-Khaththab, menyurati Khalifah Umar sambil menggambarkan kekhawatirannya menerjang kesulitan dalam menghadapi Imperium Romawi.

Khalifah Umar pun membalas surat Abu ‘Ubaidah dengan menuliskan, “Apabla seorang mukmin ditimpa satu kesulitan, niscaya Allah akan menjadikan bersama kesulitan itu kemudahan. Sungguh, satu kesulitan tidak akan mampu mengalahkan dua kemudahan.”

Dengan bahasa lain, kesulitan itu dapat didefinisikan atau dapat diidentifikasi, sedangkan kemudahan bisa datang dari mana saja atau tidak terdefinisi. Hanya Allah yang mampu hadirkan kemudahan dari arah yang tidak disangka-sangka.

Ibn Katsir dalam Tafsir Al-Adzim menerangkan, kata yusrun berbentuk indefinitif menunjukkan bahwa kemudahan itu ada banyak. Bisa 2, 3 atau bahkan lebih banyak. Dalam terjemahan bahasa inggris, ayat tadi diartikan seperti ini: after a storm comes a calm atau kita kenal dengan istilah Badai Pasti Berlalu.

Lalu, bagaimana agar kemudahan itu datang bersama kesulitan yang kita hadapi? Dengan kata lain, bagaimana mengundang kehadiran Allah untuk memudahkan kesulitan yang sedang menimpa kita?

Dalam satu hadistnya, Rasululullah SAW pernah berpesan kepada Ibn Abbas r.a. : Ihfazhillah yahfazhka ihfazhillah tajidhu tujaahaka fa idzaa sa’alta fas’alillaah wa idzasta’anta fasta’in billah. Jagalah Allah, niscaya ia akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya engkau akan mendapti-Nya disisimu. Jika engkau punya keinginan, mintalah kepada Allah. Dan Jika engkau butuh pertolongan, berharaplah pertolongan kepada Allah swt.

Ada perbuatan ada konsekuensi. Ada amal tentu juga ada pahala yang diraih. Saat kita bisa menjaga aturan-aturan Allah, menunaikan perintah-Nya, Ia pasti akan menjaga kita, memelihara kehidupan kita.

Lantas, Apakah kita juga bisa menjaga Allah, kala Allah menjaga kita?

Ya, dengan Kerjakan Ibadah dan Amal kepada-Nya. Sholat, shaum, zakat, haji bagi yang mampu, bebrakti kepada orangtua, berbuat baik kepada tetangga, dan segala kebaikan lainnya. Bahkan, saat kita bisa menjaga Allah, dengan cara mengerjakan Perintah-Nya dan menjauhi Larangan-Nya, niscaya ia akan hadir di hadapan kita. Memenuhi hajat kita. Menyempurnakan kebutuhan kita. Dan mengabulkan doa-doa kita. Allah itu dekat, bahkan lebih dekat dari urat nadi kita.

Ketika kita memiliki keinginan, mintalah kepada Allah. Kita ingin jabatan, maka jangan pernah memelas kepada atasan bahkan mengambil jalan pintas demi kepuasan. Kita ingin lulus ujian, maka jangan pernah mencari-cari jawaban dengan cara yang tidak dibenarkan.

Mintalah kepada Allah, kerjakan Perintah-Nya, sempurnakan ibadah kepada-Nya, Niscaya Dia akan memenuhi keinginan kita. Apabila kita memiliki harta, ber-wasilah-lah dengan sedekah harta kita untuk meminta kepada Allah. Jangan menunda-nunda sedekah. Karena merasa baru sedikit yang bisa disedekahkan, kita merasa eman-eman untuk menyedekahkannya. Sedikit tapi istiqomah, itu tetap bernilai di Sisi Allah swt.

Ketika kita mempunyai masalah, mintalah solusinya kepada Allah. Adukan segala permasalahan yang kita hadapi hanya kepada-Nya. Kerjakan sholat istikharah, berdoalah secara khusyuk, dan sampaikan masalah kita kepada-Nya.

Jangan pernah sekali-kali terbersit untuk pergi ke dukun, paranormal, atau “orang pintar”, karena dengan begitu kita telah “berselingkuh” dari Allah. Biasakan diri kita untuk selalu curhat kepada Allah; dalam sholat kita, dalam doa kita, bahkan dalam setiap aktivitas kita.

Kenapa harus kepada Allah? Karena, hanya Allah lah yang menyediakan kemudahan untuk setiap kesulitan.

Kala langkah kita mulai goyah, tubuh pun kian payah. Berjuang melewati ujian demi ujian yang tiada habisnya. Percayalah, bahwa selalu ada kemudahan bersama kesulitan, bersama pahitnya kesabaran ada manisnya syurga yang kau dapatkan.

Ketika Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a. merasa khawatir dengan pengejaran kaum kafir Quraisy atas dirinya dan Rasulullah saw., dia berkata kepada Rasulullah,

“Wahai Rasulullah, kalau aku terbunuh, hanya seorang yang wafat. Tetapi jika engkau yang terbunuh yaa Rasulullah, umat dan agama ini akan binasa. Maka, pergilah engkau ya Rasul dan biarkan aku yang menghadapi mereka.”

Lantas apa jawaban Rasulullah kepada Abu Bakar?

Laa Tahzan iInnallaaha Ma’ana -janganlah bersedih, wahai Abu Bakar. Percayalah, Allah senantiasa bersama kita, untuk memberi kemudahan atas kesulitan yang kita hadapi saat ini.

Dari Anas bin Malik, beliau berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اللَّهُمَّ لاَ سَهْلَ إِلاَّ مَا جَعَلْتَهُ سَهْلاً وَأَنْتَ تَجْعَلُ الحَزْنَ إِذَا شِئْتَ سَهْلاً

Allahumma laa sahla illa maa ja’altahu sahlaa, wa anta taj’alul hazna idza syi’ta sahlaa

Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali yang Engkau buat mudah. Dan engkau menjadikan kesedihan (kesulitan), jika Engkau kehendaki pasti akan menjadi mudah.[]

***

Disusun di Dusun Mertosanan Kulon, Desa Potorono, Banguntapan, Bantul pada 19 Ramadhan 1441 H (12 Mei 2020)

Penulis :
Tarmidzi Taher A.S (Guru Tahfidz SMP Islam Terpadu Masjid Syuhada)