Ketika Facebook Menjadi Sahabat Anak Kita (Oleh : Rahman Arif)

  • Thursday, 22 March 2012
  • 515 views
Ketika Facebook Menjadi Sahabat Anak Kita (Oleh : Rahman Arif)

“Lagi dimarahin bonyok (bokap-nyokap), sebel banget..!!!” Demikianlah status di salah satu akun Facebook yang pernah saya baca beberapa hari yang lalu. Saya kaget bercampur bingung membaca status tersebut. Betapa ranah privat yang mestinya terjaga, sekarang bisa terpublish dengan mudahnya.

Status-status negatif seperti, menghujat orang tua sendiri, guru atau teman seolah menjadi hal lumrah. Di luar kegiatan sekolah, mereka asyik sendiri dengan jejaring sosialnya.

Kita sebagai orang tua bukan lagi tempat curhat bagi anak kita, waktu bersenda gurau dengan anak-anak sudah mulai jarang. Sementara anak lebih memilih ke kamar mereka untuk berselancar di dunia maya dengan jejaring sosialnya. Mereka lebih memilih Facebook ataupun twitter sebagai teman berbagi. Kadang tersenyum atau tertawa sendiri adalah salah satu tingkah polah mereka dengan Facebook.

Sebagai informasi bahwa Indonesia adalah pengguna Facebook terbesar di dunia. Dan sebanyak 61,1% penggunanya adalah para remaja usia 14-24 tahun. Sudah banyak dampak negatif dari Facebook ini. Lalu kemana kita selama ini? Akankah kondisi seperti ini yang kita inginkan?

Berikut tip yang bisa dilakukan oleh orang tua agar anak kita tidak kecanduan Facebook dan bisa memanfaatkan jejaring sosial ini dengan positif :

  1. Menjadi sahabat anak

Setiap manusia, tidak terkecuali anak-anak membutuhkan sahabat dalam hidupnya. Dalam persahabatan ada kepercayaan, kebersamaan, kepedulian, dan kedekatan hubungan. Mereka membutuhkan sahabat untuk menemaninya bermain, berinteraksi dan berbagi cerita tentang pengalaman sehari-hari. Sahabat bisa membuat anak lebih terbuka karena posisi mereka sejajar, bisa saling mengisi, lebih betah, dan asyik. Dengan memahami hal tersebut, orang tua bisa menempatkan diri sebagai sahabat anak untuk lebih mendekatkan diri dan lebih memahami keinginan serta kebutuhan anak. Jadilah pendengar yang baik dan aktif untuk anak, sehingga ia merasa dihargai dan dicintai.

Sahabat yang baik selalu menyiapkan telinganya untuk mendengarkan sahabatnya. Berikan respon yang positif dan logis ketika anak bercerita atau curhat, karena kitalah sahabat terbaik mereka. Ajukan pertanyaan-pertanyaan seputar ceritanya, tetapi jangan sampai membuat privasinya merasa terusik dan terganggu. Berikan anjuran atau pendapat yang bisa ia mengerti sebagai anak, tetapi jangan menekankan keharusan yang bernada perintah atau larangan agar ia tidak merasa didikte, serta mau dan mampu berinisiatif juga kreatif.

  1. Melibatkan anak dengan kegiatan positif

Pada dasarnya semua anak itu cerdas, kreatif, komunikatif dan sehat. Seorang sahabat alam berupaya memahami apa yang disukai dan tidak disukai sahabatnya. Sebagai sahabat, orang tua harus mampu menyelami dunia anak. Temani dan dampingi anak ketika bermain, pahami kebiasaan-kebiasaan yang ia lakukan saat bermain atau menonton, perhatikan kreativitasnya terhadap mainan dan ajaklah berbicara secara aktif agar kecerdasannya terstimulasi secara efektif. Dengan melakukan ini, orang tua dapat memahami kelebihan dan kekurangan anak, serta tidak selalu memaksakan kehendak terhadap anak. Ajak anak untuk mengisi waktunya dengan ikut kursus atau les sesuai dengan minat dan bakat anak.

  1. Selalu belajar menggunakan teknologi

Jangan menganggap diri terlalu tua atau terlalu bodoh untuk mempelajari internet. Jadi, jangan gaptek (gagap teknologi). Kalau perlu, berbagilah dengan anak untuk sama-sama memahami teknologi. Kalau anak punya akun Facebook, hubungkan dengan akun anda agar tahu apa isinya, walau mungkin pakai nama samaran.

Banyak orang tua yang merasa internet itu sulit dan bukan zamannya mereka lagi. Hal ini jelas salah, karena internet merupakan teknologi yang dapat digunakan oleh siapa saja. Dengan ikut menggunakannya, orang tua dapat turut merasakan bahaya dan dampak negatif yang muncul dari internet sehingga dapat memperingati anak lebih awal.

  1. Spiritual semakin ditingkatkan

Yang terpenting dari semua itu adalah sisi spiritual anak yang harus ditingkatkan. Jadilah teladan yang baik bagi anak-anak. Ceritakan kisah-kisah agung yang inspiratif, serta jelaskan makna dari kisah itu dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan-kegiatan spiritual dengan mengajak anak melakukan sholat berjamaah, ke tempat-tempat orang yang menderita, mengikutkan anak dalam kegiatan-kegiatan sosial, panti yatim serta menikmati keindahan alam akan membantu meningkatkan kemampuan spiritual anak.

Memang tidak dilarang bagi anak untuk mengenal dunia teknologi dan internet. Namun sebagai orang tua, kita wajib untuk mendampingi mereka serta memberikan arahan agar anak tahu negatif dan positifnya. Wallahua’lam bishawab. (Majalah Yatim Mandiri Edisi Maret 2012)