Umar bin Abdul Azis dan Sang Putra

  • Tuesday, 21 June 2011
  • 778 views
Umar bin Abdul Azis dan Sang Putra

Sejak kecil, Umar bin Abdul Azis dikenal dengan kegemarannya menuntut ilmu. saat di usia yang masih muda, Umar lebih suka bergaul dengan para pemuka ahli fiqih dan para ulama. Bahkan ia pernah diamanahkan untuk menjabat gubernur Madinah walaupun tidak lama.

Dibaiat menjadi Khalifah

Setelah wafatnya Sulaiman bin Abdul Malik, ia ditunjuk dan dibaiat menjadi khalifah. Peristiwa ini berjalan unik, karena sebenarnya Umar sendiri tidak menyukai ia ditunjuk menjadi khalifah. Saat itu, ia mengumpulkan orang-orang di masjid untuk sholat berjamaah, kemudian ia berpidato. setelah mengucapkan hamdalah dan bersalawat pada nabi, ia berseru. “wahai manusia! Saya telah diuji untuk mengemban tugas ini tanpa dimintai pendapat, atau bahkan permintaan dari saya, atau masyarakat kaum Muslimin. Maka saat ini juga saya batalkan baiat yang kalian berikan pada diri saya dan selanjutnya pilihlah kghalifah yang kalian suka!”. Namun sesaat orang-orang yang hadir serempak mengatakan, “kami telah memilih engkau wahai Amirul Mukminin. Pertintahkanlah kami dengan kebahagiaan dan keberkahan!”

Umar tertegun. kemudian ia berseru kembali,”wahai manusia! Barang siapa menaati Allah, wajib ditaati, siapa yang mendurhakai-Nya tidak boleh ditaati oleh seorangpun. Wahai manusia!Taatilah saya selama saya menaati Allah dalam memerintahmu dan jika saya mendurhakai-Nya tidak ada seorangpun yang boleh menaati saya.” Kemudian ia turun dari mimbar.

Percakapan antara dia dengan putranya

Sesampainya di rumah, Umar pergi ke tempat tidur untuk istirahat. Tetapi belim sempat membaringkan badan nya, putranya, Abdul malik datang menghampirinya. Saat itu abdul Malik masih berumur 17 tahun. Putranya bertanya, “apakah kyang kau lakukan wahai Amirul Mukminin?” Umar menjawab, “Putaku, aku hendak istirahat sebentar, dalam tubuhku tak ada kekuatan lagi.” Abdul Malik langsung menimpali, “Apakah engkau istirahat sebelum mengembalikan hak yang dirampas dengan jalan curang kepada yang punya?”. Umar menjawab, “Putraku, aku tadi bergadang mengurus pamanmu, Sulaiman, besok dhuhur aku sholay dengan orang-orang dan insyaAllah akan mengembalikan hak-hak yang diambil secara curang itu kepada yang punya.” Oleh putranya Abdul Malik disanggah lagi,”Siapa yang menjamin umurmu akan panjang sampai dhuhur wahai Amirul Mukminin?” serta merta Umar berdiri, alau mencium dan merangkulnya, seraya berkata, “Segala Puji bagi Allah yang mengeluarkan dari tulang rusukku seseorang yang menolongku dalam beragama”. Seketika itu juga dia memerintahkan untuk menyeru semua orang, barang siapa pernah dicurangi orang lain, agar melapor. Umarpun mengembalikan hak-hak yang dirampas dengan curang itu kepada yang berhak.

Keadilannya

Umar pernah mengumpulkan sekumpulan ahli fiqih dan ulama, lalu mengatakan, ” saya mengumpulkan tuan-tuan ini ntukĀ  meminta pendapat mengenai hasil tindak curang yang dilakukan keluarga.’ merekq mengatakan “Itu semua terjadi sebelum masa pemerintahmu. Maka dosanya berada pada yang merampasnya.”

Umar tidak puas dengan pendapat itu dan mengambil pendapat kelompok lai, didalamnya termasuk putranya Abdul Malik, yang mengatakan kepadanya, “saya berpendapat, hasil-hail itu harus dikembalikan kepada yang berhak, selama engkau mengetahuinya. Jika tidak dikembalikan engkau menadi partner mereka yang merampasnya dengan curang.” Mendengar itu Umar puas dan langsung berdiri untuk mengembalikan hasil-hasil tindaj kecurangan itu.

Wafatnya

Masa pemerintahannya hanya berlangsung sebentar, hanya dua setengah tahun. Namun ia tercatat sebagai pemerintah yang adil kepada rakyatnya.

Sumber : majalah Yatim mandiri edisi Juni 2011.