Nabi Muhammad SAW yang Cerdas

  • Saturday, 1 February 2014
  • 2,560 views
Nabi Muhammad SAW yang Cerdas

Sifat Fatonah (cerdas dan pandai) sangat penting bagi seorang rosul karena ia harus terjun langsung ke lapangan untuk melakukan berbagai metode dakwah, seperti berdialog, adu argumentasi, menjawab pertanyaan para pengikut serta menangkis serangan dan kritik orang-orang yang masih meragukan dan mendustakan dakwahnya.

Oleh sebab itu, pada rosul harus memiliki kecerdasan guna menjelaskan ajarannya kepada orang yang dihadapinya, yang mempunyai latar belakang beraneka ragam. Kalau rosul bukan orang yang cerdas, tentulah mereka akan dengan mudah dipatahkan lawan-lawan mereka dalam berargumentasi dan mereka tidak dapat memberikan jawaban yang memuaskan atas pertanyaan-pertanyaan mereka.

Allah SWT berfirman : “(mereka Kami utus) sebagai rosul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, agar tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rosul-rosul itu..” (QS An Nisa : 165)

Nabi Muhammad SAW adalah orang yang cerdas pikirannya, fasih bahasanya dan santun tutur katanya. Itu adalah modal yang sangat berharga untuk menjadi seorang nabi dan rosul. Dalam berdakwah, beliau adalah orang yang mampu mengemukakan hujjah yang dapat dipahami dengan mudah oleh lawan bicaranya. Hanya kesombongan, iri, serta dengki yang menyebabkan mereka tidaak mau mengakui kebenaran dakwah beliau.

Untuk mencapai tingkat kecerdasan yang demikian tinggi, Nabi Muhammad SAW melalui proses belajar berlangsung seumur hidupnya. Sebagaimana diketahui, beliau terlahir sebagai seorang yatim dan dimasa kanak-kanan beliau menjadi yatim piatu yang miskin pula. Dengan demikian, beliau tidak mempunyai kesempatan untuk belajar di sekolah formal. Pada tahun-tahun pertama kehidupannya, Nabi membangun hubungan khusus dengan alam yang terus terjalin sepanjang kenabiannya. Alam raya dipenuhi tanda-tanda yang mengingatkan kehadiran Sang Pencipta. Lebih dari yang lainnya, padang pasir membuka mata manusia untuk mengamati, merenung dan menyerap makna. Oleh karena itu, banyak ayat Al Quran yang mnyebutkan perihal penciptaan dan berbagai pelajaran darinya. Padang pasir, yang tampak tidak memiliki kehidupan, berkali-kali memperlihatkan dan membuktikan kepada hati yang terbuka akan adanya sebuah mukjizat kehidupan setelah mati.

Allah SWT berfirman : “Dan sebagai tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah bahwa kamu melihat bumi itu kering dan tandus. Maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya Tuhan yang menghidupkannya tentu saja dapat menghidupkan yang mati. Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Fushilat : 39).

Pelajaran spiritual yang bisa dipetik darinya sangatlah penting, baik bagi pendidikan Nabi maupun bagi pendidikan kita sepanjang zaman : kedekatan dengan alam, menghargai keberadaanya dan mengamati serta merenungkan segala yang ia tunjukkan, tawarkan atau inginkan (kembali) dari kita berupa tuntutan keimanan yang dalam proses pencariannya, berjuang untuk memelihara, memperdalam, dan memperbarui dirinya sendiri.

Allah SWT memutuskan untuk mengisi diri Nabi Muhammad SAW sejak dini dengan pelajaran dari alam tentang penciptaaan, mirip dengan sebuah sekolah yang didalamnya pikiran kita secara bertahap menangkap dan memahami tanda-tanda dan makna. Melalui kedekatan dengan alam, berhasil membangun hubungan dengan Tuhan yang berlandaskan perenungan mendalam yang akan membuat kita mampu memahami makna, bentuk dan tujuan ritual keagamaan. (dari buku Leadership & Manajemen Muhammad SAW, oleh Syafii Antonio)